Kisah Boeing 737-200 di Indonesia


Pernah menggairahkan dan menjadi tulang punggung maskapai penerbangan di Indonesia.Diandalkan oleh pilot karena mampu mengasah institusisebagai penerbang.

Akhir tahun lalu semakin jarang pesawat dengan bentuk mesin khas ini melanglang buana di angkasa Nusantara.Pasalnya,maskapai Sriwijaya Air yang mengoperasikan 10 pesawat jenis ini,secara resmi telah menghentikan operasi pesawatnya pada 23 Agustus lalu.Masih ada maskapai lain yang mengeoperasikannya seperti Express Air.Namun jumlahnya tidak sedikit dan frekuensi terbangnya sangat sedikit.

Saat seremonial penghentian operasi Boeing 737-200 di Sriwijaya Air,diliputi suasana haru.Beberapa pilot yang menyerahkan replika pesawat pada Dirut Sriwijaya Air,Chandra Lie,tampak matanya berkaca-kaca.Sriwijaya akan menggantikannya dengan adik-adik pesawat yang sejenis yaitu jenis Boeing 737-300/400/500 dan -800NG.Si abang selanjutnya akan dikembalikan ke Lessor dan dijual.

"Kami dari Sriwijaya Air sangat berterima kasih pada pesawat ini.Karena pesawat inilah cikal bakal operasional Sriwijaya hingga berkembang besar seperti sekarang ini,"ujar Chandra Lie.

Jetisasi Maskapai
Sriwijaya pertama kali beroperasi dengan mengeoperasikan dua pesawat Boeing 737-200 pada tahun 2003.Maskapai ini tercatat sempat mengoperasikan 12 pesawat jenis ini sehingga menjadi salah satu maskapai Indonesia yang banyak mengoperasikannya.Hingga September tahun ini,Sriwijaya berkembang dengan mengoperasikan 38 unit pesawat dari berbagai jenis.

Maskapai lain yang juga banyak mengeoperasikan pesawat ini diantaranya,Sempati,Bouraq,Mandala,Batavia,Adam Air,Jatayu,Express Air,Top,dan Kartika Airlines.Mandala memensiunkan pesawat ini sejak Januari 2008.Batavia menghentikan operasional pesawat ini pada 18 Mei 2010.Express masih memakainya sampai maskapai ini tutup operasi.

Sriwijaya dan maskapai-maskapai lainnya memang patut berterima kasih kepada pesawat ini.Karena pesawat inilah yang menggairahkan maskapai penerbangan swasta.Boeing 737-200 termasuk pesawat jet pertama yang dimasukkan maskapai penerbangan swasta,bersama Fokker 70,F-100 dan Airbus A300B4 pada awal era 1990-an.

Sebelumnya Pemerintah melarang maskapai swasta untuk menggunakan pesawat jet.Pelarangan itu untuk melindungi bisnis maskapai milik pemerintah yaitu Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara Airlines yang sudah menggunakan pesawat jet sejak 1975-an.Baru pada era 1990-an itulah,atas desakan maskapai penerbangan,pemerintah membuka keras jetisasi armada maskapai.

Capt Kusmintardjo,pilot senior untuk Boeing 737-200 mengenang hal tersebut."Saat itu sekitar 1990-an,saya masih bekerja di Bouraq.Saya yang mengoperasikan pesawat ini pertama kali,"ujarnya.Menurutnya,pesawat ini mempunyai aura yang menggelegarkan dibanding pesawat propeler yang waktu itu umum digunakan,masyarakat didaerah menjadi terpesona.Banyak orang di daerah yang terkesima dan akhirnya mencoba naik pesawat.


Karena mampu mendarat di landasan sepanjang 1.800 meter,pesawat ini banyak digunakan membuka rute ke daerah.Akibatnya transportasi di daerah mampu menuju daerah lain menjadi lebih lancar dan perekonomian juga menggeliat.

"Dengan pesawat ini,(pada waktu itu) orang menjadi senang.Sepertinya `everything is easy`karena perjalanan lebih cepat,"lanjutnya lagi .Kusmintardjo sudah mempunya lebih dari 1000 jam terbang dengan pesawat ini.Terakhir dia menjadi chief  pilot B737-200 DI Sriwijaya Air sampai saat pesawat ini dipensiunkan.

Mengasah feeling pilot
Boeing membuat varian sipil untuk pesawat ini yaitu Boeing 737-200,Boeing 737-200C dan Boeing 737-200 advanced.Pesawat pertama B737-200 diperkenalkan ke publil pertama kali pada 29 Juni 1967.Dua tahun sebelum diperkenalkan,Boeing sudah mendapat pesanan dari United Airlines.

Sampai terakhir produksi tahun 1988,Boeing terlah memproduksi sebanyak 1.095 pesawat jenis ini berbagai varian.Pesawat terakhir dikirim ke pembeli (Xianmen Airlines),pada 8 Agustus 1988 yaitu varian 737-200 dan 737-200 Advanced.

Selanjutnya Boeing mengganti produksinya dengan Boeing 737 klasik (300/400/500) dan NG (600/700/800/900).Persaingan dengan pabrik dari Eropa,Airbus,yang membuat Boeing mulai memperbarui produksinya yang sangat laris ini.

Dibanding adik-adiknya,B737-200 mempunyai kekhasan,terutama pada panel kokpit dan mesin pesawat."Panel-panel di kokpit itu transisi antara manual dengan komputerisasi.Bentuknya masih kaca-kaca bulat seperti panel di mobil,"ujar Kustomintardjo.Menurutnya dengan panel-panel di kokpit itu membuat pilot merasa menjadi pilot sejati karena tidak tergantung dengan komputer yang serba canggih."Kita harus mengaturnya sendiri secara manual.Dan saat terbang kita juga masih bisa mengandalkan feeling.Kita bisa menjadi manajer atau operator di pesawat itu,"lanjutnya.

Sistem navigasi yang digunakan masih konvensional dengan menggunakan Rodeta.Tidak seperti varian B737 klasik dan NG yang sudah memakai Flight Management System (FMS) Dengan semua sistem itu,Kusmintardjo menyatakan B737-200 sebagai pesawat yang sangat mudah ditangani.

Pilot senior ini mencotntohkan saat ia membawa sebuah pesawat ini mendarat di Bandara Palermo,Italia yang terkenal sangat sulit didarati.Waktu itu tahun 1997,ia bekerja di Tunis Air.Bersama kopilot dari Indonesia,ia akan membawa pesawat ini ke Palermo Italia.Beberapa saat setelah lepas landas,ATC,sudah memperingatkan bahwa di Palermo jarak pandang sangat bagus namun anginnya sangat kencang.

"Petugas ATC menyarankan pilot untuk membatalkan pendaratan di Palermo.Bagi pilot dari Eropa,hal itu sudah merupakan sesuatu yang sulit.Namun saya dam kopilot yakin dan akhirnya bisa mendarat dengan baik.Feeling saya keadaan itu sama seperti keadaan di daerah-daerah Indonesia.Saya juga yakin,karena saya sudah mengenal pesawat jenis ini,"ujarnya.


Larangan
Ciri khas lain adalah bentuk mesin pesawat ini yang lebih ramping dan memanjang.Mesin pesawat yang demikian ini mempunyai kelebihan dan juga sekaligus kekurangan.Kelebihannya,menurut Kustomintardjo,mesin pesawat mengakibatkan drag (gaya hambat) yang kecil.Karena mesinnya menggunakan jet,pesawat jadi lebih lincah dan gampang bermanuver.

Namun demikian,jenis mesin ini pula yang menyebabkan pesawat ini harus mengakhiri jasanya.Mesin yang panjang itu tidak mempunyai sistem peredam suara yang baik seperti halnya mesin bulat saat ini yang banyak dipakai di pesawat komersial.Akibatnya ditimbulkan suara kerasitu dikeluhkan menjadi polusi suara yang sangat besar oleh masyarakat di sekitar bandara sehingga dilarang digunakan.

Selain itu,dengan mesin yang lebih panjang,jet blast (semburan dari hasil kerja mesin jet) yang dihasilkan juga semakin dekat dengan landasan.Saat posisi pesawat mendongak pada waktu lepas landas atau mendarat,jet blast pesawat akan merusak lapisan aspal landasan pacu.Dan banyak hal ini dikeluhkan pihak pengelola bandara karena harus lebih sering memperbaiki landasan pacunya.

Mesin jet yang "apa adanya"itu juga lebih boros dibanding mesin-mesin terbaru.Pesawat yang boros akan menghasilkan biaya operasional yang sangat besar.Mengingat biaya operasional terbesar 40-50% ,adalah dari sisi konsumsi bahan bakar.

Persaingan bisnis yang makin ketat,menuntut maskapai untuk semakin meminimalisir biaya sehingga bisa menjual tiket dengan harga yang lebih murah.Akhirnya,dengan pertimbangan bisnis,maskapai banyak meninggalkan pesawat ini dan menggantinya dengan pesawat lebih baru yang lebih hemat bahan bakar.


Pelarangan menggunakan Boeing 737-200 di AS dan Eropa pada tahun 1990-an itu membawa berkah pada dunia penerbangan Indonesia."Harga pesawat ini jadi lebih murah karena banyak yang tidak dioperasionalkan.Padahal maskapai Indonesia butuh banyak pesawat.Jadilah kita mngeimpor pesawat itu,"ujar Direktur Komersial Sriwijaya Air Toto Nursatyo.

Oleh maskapai Indonesia,pesawat ini dipakai jembatan untuk menuju era-baru.Yaitu era jetisasi menggantikan pesawat propeler.Menurut Toto,waktu itu pesawat ini masih cocok digunakan untuk Indonesia.Karena mampu terbang di rendah dan mendarat di landasan pendek

Seiring waktu yang terus berjalan,pelopor jetisasi itupun harus memasuki masa pensiun.Dan masyarakat Indonesia berterima kasih dengan pesawat ini.

Spesifikasi Boeing 737-200
Panjang:30,53 m
Wingspan:28.35mm
Tinggi:11,23m
MTOW:52,400 kg
Kecepatan maksimal:876 km/jam
Jangkauan Jelajah:3500-4.300 km
Mesin:2 Pratt and Whitney JT8D
Lebar kabin maksimal:3,53 meter
Kapasitas penumpang:36(full economy class)
Kapasitas kargo:24,8m




Sumber gambar :
-Plane Pictures
-Airlines Net
-Wikipedia
-Plane Spotters net



Comments

Popular Posts