Mengapa Alutsista Blok Barat Lebih Panjang Umur dibandingkan Alutsista Blok Timur?



Seperti artikel kemarin yang saya buat kemarin,Saya akan membahas mengapa alutsista barat memiliki umur yang panjang dibandingkan alutsista blok timur yang kita miliki seperti Su-27/30 yang dimiliki TNI AU.


F-16 TNI AU yang masih dipakai hingga sekarang 






















Dahulu kita di embargo oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa di tahun 1999 karena Pelanggaram HAM Tim-Tim.Tetapi Embargo Uni Eropa sangat ringan karena hanya 5 bulan ( September 1999 - Januari 2000).Lalu Embargo Amerika Serikat pun terlalu panjang sampai tahun 2005.Akibat Embargo itu,kita terpaksa membeli Su-27 dan Su-30 untuk melengkapi F-16 yang terkena Embargo.

Tetapi,meskipun F-16 TNI AU,C-130H dll terkena embargo,tetapi bisa terbang berkat kanibal suku cadang.Bahkan F-16 pun bisa melawan F/A-18 Hornet milik U.S Navy pada Insiden Bawean di tahun 2002.Bahkan meskipun punya masa lalu yang kelam akibat Embargo AS yang berlangsung selama 5 tahun,TNI AU Tetap membeli F-16C/D Block 52ID di tahun 2017 lalu.

Sebenarnya F-16 Block 50/52 ditenaga dengan mesin General Electric F110-GE-129 (50) dan juga Pratt and Whitney F100-PW-229 (52+) dengan day dorong 29,000 lbf.Sebenarnya mesin yang paling kuat di keluarga F-16 adalah GE F-110-132 atau PW F100-PW-132,karena mesin tersebut tidak diperbolehkan dijual kenegara manapun.

Kita mundur ke era-60an,dimana era tersebut merupakan kejayaan TNI yang disegani pada masanya.Dimana TNI AU menjadi pengguna alutsista Rusia terbesar di dunia.Tetapi,bukan berarti menjadi disegani.Rakyat pun semakin miskin karena terlalu banyak belanja alutsista yang kita beli seperti MiG dan Tupolev.Akibatnya kita harus membayar utang yang sangat besar kepada Uni Soviet.Aikbatnya alutsista yang sebagian besar buatan Uni Soviet itu lumpuh total.Tetapi pesawat termpur barat yang kita gunakan diera Perang Dunia ke 2 pun umurnya lebih panjang dibandingkan alutsista Uni Soviet yang baru dibeli.

B-26A Invader pesawat Twin Engine TNI AU yang terus dipakai pas Operasi Seroja 
P-51 Mustang,pesawat erai Perang Pasifik yang dipensiunkan di tahun 1972.
Soviet menganut sistem "umur masa damai" dan "Effective Remaining Lifetime."Desain mereka,dalam kondisi apapun,pesawat yang ada di skadron harus memiliki kemampuan beroperasi "sekiab jam umum minimum "beda dengan sistem maintenance Soviet/Soviet biasanya menggunakan Conscript Army.Sebagian besar dan tentara mereka wamil,mereka kurang terlatih.Kalau perang yang turun ya bekas petani atau buruh pabrik yang sehari-hari enggak punya pengetahuan dalam maintennance pesawat.Beda dengan US/NATO yang mengandalkan barisan teknisi daratan jempolan dan lebih terlatih (soalnya carrier soldier.dilatih buat ngurusin pesawat),plus civilian contractor (yang lulusan Politeknik/Universitas dan betul-betul orang terlatih) dilengkapi fasilitas maintenance terbaik sampai front line.beda doktrin perang dan konsep.Misalnya MiG-29 itu Point Defense Interceptor.Fungsinya dia ngendon di front base kemudian kalau radar menangkap musuh datang,dia datang menyambut lawan.Ya jangan dibandingkan dengan F-16 yang lightweigh multirole aircraft yang pada praktek malakukan misi deep penetration ke lawan.

Ilustrasinya begini,

Ada MiG-XX buatan Rusia dan F/A-XX buatan US.

MiG-XX didesain berumur 2000 jam sebelum rusak.Dan efektif minimum lifetimenya dipatok selama 1000 jam.Jadi tiap 1000 jam,pesawat itu harusnya mengalami maintenance sehingga sisa umurnya "diseret" ke 2000 jam lagi.Dimana dilakukannya?di pabriknya,atau negara aslinya.Makanya pesawat ini modular (bisa dibongkar pasang sayap dan badannya dengan Antonov atau kapal kontainer).Makanya flanker bisa dikirim lewat Antonov,dan Rusia punya banyak pesawat sekelas C-130.Lha gak butuh kok,kalo rusak ya kirim aja replacement yang baru.


Pesawat US Misalnya,F/A-XX.Umurnya 2000 jam sebelum rusak.Nah skadron tersebut bakal make habis-habisan hingga usianya benar-benar mendekati 2000 jam,harus mereka lakukan maintennance berat hinggan umurnya tinggi lagi.Nah inilah yang dinamakan "SLEP" (Service Life Extension Program).





























Gimana kalau misalnya umur 500 jam lalu pecah perang? ya pake saja.Kalau perlu,maintenance di lapangan.USAF itu depoharnya sampai garis depan kok.Misalnya reliabilitynya turun karena umur pesawat hampir habis,ya troubleshoot di lapangan saja.Toh kontraktor sipil dan pabriknya ikut sampai Irak dan Afghanistan.Mantenancenya pun didesain untuk mudah dilakukan di lapangaan.makanya jangan heran kalau ada teknisi USAF ngoprek pesawat somewhere di luar sono.Dan suku cadangnnya bisa dibawa dengan mudah oleh C-130 Hercules.(makanya US Navy kelimpungan pas F-35 datang.Engine F-35 tidak dimasukkan ke C-2A Greyhound).

Sepintas kalau dilihat,memang seolah-olah barang rusia umurnya sangat pendek" (1000 jam sekali harus maintenance instead of US stuff yang 2000 jam baru maintenance )dan repot maintenancenya,karena hrus dikirim ke maintenance center belakang.Tapi untungnnya,reliablity terjaga,plus enggak perlu support personel yang banyak di garis depan.Cukup personel buat persiapan take off dan landing routine maintenance.Tapi harus siap nyetok spare part dan pesawat cadangan,dan sebetulnya antara dua jenis pesawat itu kalau dipakai baru dipake,umurnya ya sama-sama 2000 jam sebelum diperkirakan rusak.

















































Kalau US? yang distok ya personel very trained,peralatan buat field repair dan maintenance.Ada komponen rusak,kirim aja komponen pengganti Herky.

Kalau Indonesia idealnya dari mana?kalau masih mikir embargo,dan mikir TNI AU belum ada pesawat transpor berat,ya mending cara US atau NATO saja.Kita modal Teknisi terlatih dan alat-alat mutakhir,mereka bisa repair komponen sendiri.Yang enggak bisa dikerjain di Depohar besar di Bandung/Madiun/Malang.

Kalau gaya Rusia yang maintenance "digaris belakang"(alias dikirm ke rusia) ya susah kalau hubungan sama Rusia jelek .Lha kita harus punya backup stock yang banyak.Tapi memamng personel TNI AUnya enggak usah banyak-banyak sih di depan.Dan enggak perlu "pinter-pinter amat"?


Sumber:Bhaskoro Aji Prabiwo (Eks karyawan PT Dirgantara Indonesia).

Comments

Popular Posts