SR-71 Blackbird vs MiG-25 Foxbat Pertarungan Sengit di Atas Langit Kamchatka



Kolonel (Pur) Richard Graham mengungkapkan kisah menegangkan ketika ia dengan SR-71 Blackbird yang dikejar rivalnya MiG-25 Foxbat


Satu hari di bulan Desember 1976,langit cerah biru di atas pulau Okinawa,Jepang.Bagi saya yang seorang pilot,inilah hari terbaik untuk untuk menerbangkan SR-71 dengan rekan RSO (Reconnaissance Systems Officer) Don Emmons yang duduk di bangku belakang.Apalagi yang harus ditunggu?

Seperti dituturkannya kepada Air Internasional (Maret 2008),saat itu kami dalam misi pengintaian (Reconnaissance ) dan mengumpulkan data intelijen di wilayah fasilitas nuklir dan sejumlah pangkalan utama kapal selam nuklir Rusia,Lokasi yang akan diendus berada di selatan Semenanjung Kamchatka,dekat kota Petropavlovsk yang selanjutnya disingkat Petro.

Jarak dari Okinawa ke Petro sekitar 2.400 mil,yang mengharuskan sekali pengisian bahan bakar di udara di atas Samudra Pasifik untuk sekali jalan.Sekali langit begitu indah,tiga pesawat tanker KC-135Q juga sudah sesuai jadwal.Navigator tanker di pesawat leader sudah mengatur rencana pertemuan,saat saya lihat mereka di jam 12 dengan jarak sejauh tiga mil.

Saya menerbangkan SR-71 bermanuver untuk memasuki posisi terhubung dengan tanker.Operator Boom (alat untuk "menyusu") memberi lampu hijau bahwa sudah siap menuju posisi pengisian.Dengan perlahan saya bawa pesawat ke posisi pengisian.Dengan perlahan saya bawa pesawat ke posisi yang ditentukan hingga boom nozzle tepat di depan jendela kokpit,sekitar tiga kaki di depan saya.Pesawat saya dibuat sestabil mungkin dengan mengatur kecepatan serasi dengan pesawat pengisi.Saya bisa melihat operator boom merilis belalai bahan bakar SR-71.

Begitu boom tersambung,saat bersamaan pula kedua pesawat bisa saling tersambung melalui boom-interphone."You 'are tanking gas,"ujar operator boom melalui radio komunikasi.Secara pasti,80.000 pon bahan bakar JP-7 mengalir ke tangki SR-71.Begitu prosesnya selesai,di radio saya sampaikan,"See you on the return leg." .Saya perlu berbaik-baik dengan mereka,karena masih butuh sekali lagi air refueling dalam perjalanan pulang nantinya.

Saya tekan tombol disconnect di stik,lalu terbang menjauh dari tanker dan mulai membawa pesawat ke ketinggian 71.000 kaki.Setelah saya dorong throttles untuk mencapai performa terbaiknya, yang kami sebut sebagai military power,Selanjutnya mengaktifkan full afterburner untuk menghasilkan daya dorong 68.000 lbs.Selama menanjak dan berakselerasi,Saya dan don "Habu" (julukan untuk kru SR-71 yang diambil dari nama ular Trimeresurus flavoviridis yang ditemukan di Asia ) dibuat sangat report.Mulai dari mengawasi parameter inlet mesin,memastikan mesin J-58 Pratt & Whitney bekerja dengan baik,dan beberapa hal sekaligus menerbangkan Blackbird .Semua pada bersamaan.

60.000 kaki
Begitu kamu berada di ketinggian 60.000 kaki,ruang udara seperti jadi milik anda.Sesuai rencana,pesawat terbang pada rute yang telah diplot.Mission planner bekerja sangat apik dengan memetakan jalur darat yang akan diintip secara cermat.Ketelitiannya diperlukan sensor canggih yang dibawa pesawat bekerja efektif mengumpulkan data yang dinginkan Pentagon.Karena jika anda salah menentukan dimana akan melakukannya,hasilnya jelas sangat mubazir bagi sebuah misi intelijen semahan seresiko ini.

Penerbangan direkam setiap tiga detik secara elektronik menggunakan peralatan di dalam pesawat.Jika melenceng dari black line (istilah ground track di peta),secara otomatis akan dibatalkan.Dengan karakternya yang rumit dan misi berbahaya ,SR-71 bukanlah pesawat yang bisa diterbangkan oleh pilot jagoan (hot shot) yang mau ugal-ugalan.Anda harus memiliki sikap mental dan kedisiplinan tinggi untuk terbang secara presisi pada jalurnya serta ketentuan sesuai jumlah bahan bakar.Jika terbang terlalu tinggi,Anda tidak akan bisa membuat putaran kedua.Sebaliknya jika terbang rendag,bahan bakar tidak akan cukup untun bisa menyelesaikan misi

Kami berdua mempertahankan ketinggian di 71.000 kaki,ketinggian normal untuk terbang jelajah dengan kecepatan Mach 3.Pada ketinggian ini langit sangat cerah dengan jarak pandang lebih dari 300 mil.Samudra Pasifik bersinar biru di bawah kami.Pesawat tepat di jalurnya menuju Semenanjung Kamchatka.Setelah 20 menit terbang dengan Mach 3,panas permukaan badan pesawat sudah mencapat sekitar 500-600 Fahrenheit.Bagi SR-71 kondisi ini dengan kata lain bisa diartikan bahwa pesawat dalam kondisi sangat oke untuk disuruh meneruskan misi.

Semua serba mungkin
Ketika kami mulai memasui wilayah sensitif, saya dan Don jadi lebih konsentrasi dan meningkatkan kewaspadaan.Diwilayah sensitif seperti ini,segala sesuatu di diperkiraan bisa saja terjadi.Bisa saja dengan tiba-tiba pesawat pencegat  Rusia sudah berada di sebelah kami,atau tembakan rudal udara ke permukaan (SAM).You just never know.

Salah satu yang kami monitor dengan spesifik adalah frekuensi radio HF untuk mendengarkan informasi penting.Jika sistem reconnaissance nasional lainnya merasa SR-71 keluar dari black line,kami akan menerima kiriman pesan peringatan melalui kode rahasia di HF yang berisi perintah memeriksa ulang sistem navigasi.

Terbang di wilayah udara sensitif mengharuskan kami mengeset pesawat pada batas tertinggi kemampuannya,yang kami sebut tactical limits.Dalam kondisi ini,pesawat harus bisa sewaktu-waktu diajak "berlaga"jika dibutuhkan.Termasuk jika menemukan pesawat biasa terbang diwilayah berbahaya seperti ini,maka pilot diizinkan untuk menggunakan tactical limits.Hanya saja resikonya akan mengurangi tingkat keselamatan serta menjadikan SR-71 terekspos untuk kemungkinan lainnya tidak diduga.

Ketika kami memasuki wilayah udara Uni Soviet,di ketinggian 76.000 kaki,saya mengalihkan pandangan ke kiri mencoba menembus batas pandangan.Ketika itulah,alangkah kagetnya saya melihat jet tempur Uni Soviet terbang searah dibawah kami.Sangat tidak mungkin melihat keberadaan ketiga pesawat Uni Soviet ini dari ketinggian kami terbang,jika tidak ada asap (contrails) yang memungkinkannya terlihat karena langitnya cerah.

Saya mencoba menahan diri untuk tidak mengatakannya kepada Don.Saya biarkan ia tahu sendiri keberadaan pesawat Uni Soviet,bukan menginformasikan berdasarkan apa yang saya lihat.Kokpit Don dilengkapi seabrek peralatan canggih yang tinggal diaktifkan jika keberadaan terancam.

SR-71 mulai mendekati pesawat Soviet dengan kecepatan Mach 3.Ketika kami terpaut 100 mil,tiba-tiba jet tempur Uni Soviet bermanuver dengan posisi searah langsung ke SR-71.Saya sebetulnya tidak terlalu kaget.Karena begitu saya tahu jejak asap mereka hilang dari pandangan,saat itu saya tahu bahwa mereka mulai mengaktifkan afterburner dan bersiap terbang supersonik.Pastinya untun mengintersep kami.Sepertinya saat itu mereka sudah terbang dengan kecepatan Mach 4 dan 5,yang dalam waktu kurang dari dua menit pasti akan menghampiri kami,saya sangat khawatir,karena saya tahu karakter pilot-pilot Soviet yang bisa jadi akan menembak kami atau mungkin sengaja memancing emosi kami untuk head on dengan mereka.

Tanpa adanya jejak asap sekarang,sulit bagi saya untuk mendeteksi keberadaan mereka.Tapi saya yakin mereka sedang memburu kami dan tengah menyiapkan aksi.Meski dalam keadaaan terancam,saya tetap membawa SR-71 terbang pada black line dan meminta Don mengaktifkan view sight untuk mengetahui posisi pesawat Soviet tersebut.

Sesaat saya berpikir buka suara di radio,"itu yang nomor 1...disana,nomor 2...di sana,nomor 3."Don bahwa bilang ketiga jet tempur Soviet bermanuver dengan cara berpencar ke tiga arah.Semaksimal mungkin saya berpikir untuk berusaha menghindari terjadi petaka bagi kami,meski dalam situasi seperti ini Anda tidak akan pernah tahu yang akan terjadi.

Selintas saya teringat petaka yang menimpa Korean Airlines 007 pada 1 September 1983.Pastilah para penumpang (dan juga kru pilot) tidak pernah merasa terancam sebelum akhirnya jet tempur Uni Soviet itu menembak Boeing 747 yang mereka tumpangi.Kala it sang pilot diduga kurang waspada ketika tebang diatas wilayah Kamchatka.

Selintas saya juga ingat kejadian pada 6 September 1976,ketika pilot Soviet Letnan Viktor Belenko mendaratkan MiG-25 Foxbat di Jepang.tak lama kemudian,Belenko membeberkan kisah seorang pilot Soviet yang frustasi berusaha keras menembak jatuh SR-71.

Kata Belenko,"Pesawat intai Amerika,SR-71.sedang berputar-putar diatas pantai,berusaha tetap di luar wilayah udara Soviet sambil memotret ratusan mil daratan dengan kamara samping.Aksi SR-71 ini tak pelak memancing Soviet untuk mengirim MiG-25 Foxbat,walaupun Foxbat tidak akan bisa mencapai ketinggian SR-71.

Soviet memiliki master plan untuk mengintersep SR-71 dengan cara menempatkan satu MiG-25 di depan SR-71 dan satu lagi dibawah.Begitu SR-71 melewati mereka,saatnya mereka melepaskan rudal.Namun rencana ini tidak pernah dilaksanakan.Pasalnya komputer Soviet masih sangat primitif dan memang tidak ada cara untuk menuntaskan misi seperti ini.

Kenapa,karena pertama,SR-71 terbang terlalu tinggi dan terlalu cepat.MiG-25 jelas tidak bisa mencapai kemampuan ini,apalagi untuk "menangkap"SR-71.Kedua rudal yang disiapkan tidak berguna pada ketinggian di atas 27.000 m (88.500 kaki).Kalaupun kami (MiG-25) mampu mengejar SR-71,rudal-rudal yang ada tidak akan sanggup "menyentuh" SR-71.Andaipun rudal ditembakkan,sistem pemandunya tidak akan mampu mengatur secara cepat untuk mencapai ketinggian tinggi.

Kisah-kisah ini selintas menyergap di benak saya.Ada rasa khawatir namun juga keyakinan berdasar penuturan Belenko.Bahwa ketiga MiG-25 tidak akan bisa mengintersep kami,bahkan menembak.Meski begitu,saya tetap waspada terhadap segala yang bisa terjadi.Kami pun terus terbang melanjutkan misi ke Petro setelah bayang-bayang MiG-25 menghilang.Seperti mereka,persis cerita Belenko,putus asa membuntuti SR-71.Di Petro,kami kembali menjalankan misi mengumpulkan data intelijen,lalu kami kembali ke black line untuk terbang ke Samudra Pasifik.Di sini kami sudah jandian dengan pesawat tanker untuk kembali air refuelling dan terbang ke Okinawa.

Bebrapa hari kemudian,kami diinformasikan bahwa pesawat yang mencoba mengintersep saya waktu itu MiG-25.Saya kaget,namu sekaligus heran,bagaimana mungkin pilot Soviet gagal.Saya juga kagum,bagaimana bisa mereka tahu kami diatas mereka namun mereka tidak mampu melakukan apapun terhadap kami.Bagi saya sekali lagi terbukti bahwa SR-71 Black bird merupakan pesawat yang tidak ada tandingannya.




Comments

Popular Posts